BONETERKINI.COM - Meski hanya setahun sekali momen kemeriahan kepulangan jemaah haji di debarkasi Makassar dan Asrama Haji Sudiang selalu ditunggu karena menarik perhatian.
Pasalnya, "tamu Allah" yang baru mendarat di Tanah Air dari Tanah Suci itu selalu tampil bak selebritis papan atas. Glamor dengan pakaian yang kerlap-kerlip ditambah balutan emas di lengan dan lehernya.
Penampilan begitu mewah dan ekslusif itu populer lantas dipopulerkan sebagai haji "blink-blink" -- diambil dari kata dalam bahasa Inggris "blink" -- yang berarti berkelap-kelip; berkedip-kedip.
Tradisi Bugis
Alih-alih dianggap pamer kemewahan, justru sudah menjadi tradisi Bugis yang dijaga terus menerus.
Tradisi itu disebut Mappatoppo sebagai simbol pengukuhan gelar haji, dengan jemaah laki-laki mengenakan peci atau serban, dan perempuan mengenakan kerudung khusus cipo-cipo.
Tradisi Bugis yang tak lekang waktu dan terjaga secara turun temurun memang unik. Padahal semua itu sebatas keunikan ungkapan rasa syukur suku Bugis sepulang dari Tanah Suci.
Dan, tradisi mengenakan pakaian mewah dan mencolok saat pulang dari haji yang dianggap sebagai simbol penghormatan dan pencapaian bisa melaksanakan rukun Islam.
Juga, menjadi ajang dakwah. Tradisi ini menjadi simbol transformasi spiritual dan sosial sekaligus mendorong siapapun untuk beribadah haji ke Tanah Suci.