Bunga Dan Interaksi Sosial Yang Terpuruk

Bunga Dan Interaksi Sosial Yang Terpuruk

Minggu, 20 September 2020,



Catatan Pinggir: Bahtiar Parenrengi


BONETERKINI.COM-Kini musim bunga, kata sahabat saya saat menikmati kopi+jalangkote, di Kedai 191. Itu memiliki arti bahwa kita dalam kondisi baik-baik saja. Kondisi dimana, kita tetap menikmati suasana yang penuh keakraban. 

Bunga adalah simbol, yang oleh banyak orang mengartikan sebagai simbol ungkapan cinta. Memberi bunga tentu sebagai ungkapan bathin yang tulus. 

Ketulusan hati memang sangat diharapkan. Ketulusan hati membuat hati tenang. Tenang dalam bersikap dan berinteraksi sosial. 


               ***
Corona merebak, bunga pun mekar dimana2. Musim bunga kata sahabat saya. Karena bunga bisa membuat adem dan romantis. 

Para pengagumnya, 
Bunga memiliki filosofi yang cukup banyak. Diantaranya, Tidak Over Akting.

Bunga mengajarkan manusia untuk tidak pura-pura. Bunga akan tetap harum walaupun tidak mengatakan dirinya bunga. Wangi atau harum Bunga akan tetap terendus atau tercium meskipun tidak kibas-kibaskan dirinya.

Begitulah seharusnya manusia menjalani hidupnya. Tidak usah over akting mengatakan aku begini, aku begitu. Kalau memang harum, pastilah tercium aromanya.


               ***
Bunga, sering menjadi nama bagi seseorang. Tentu menjadi sebuah harapan yang baik, ketika orang tua memberi nama tersebut. Seperti Bunga Citra Lestari, Bunga Ros, Bunga Tang dan nama bunga lainnya. 

Harapan tentu besar, bahwa anak perempuan yang bernama bunga, hidupnya akan menjadi indah. Harum mewangi dan menjadi perhatian banyak orang. Itulah harapan. 

Namun, Bunga dalam Hindu memiliki dua fungsi utama. Yang pertama bunga sebagai simbol Tuhan (Siwa) atau Sang Hyang Widhy Wasa. 

Kemudian yang kedua adalah sebagai sarana persembahan. Bunga sebagai simbul Tuhan diletakkan di ujung cakupan tangan pada saat menyembah dan sesudahnya bunga tersebut diletakkan di atas kepala atau disumpingkan di telinga. Bunga sebagai sarana persembahan maka bunga dipakai mengisi sesajen.

Islam tentu tak melarang kita untuk memelihara bunga. Gunanya, tentu bukan untuk sesajian dalam peribadatan. Karena setiap agama, memiliki tata cara peribadatan. Memiliki norma dalam beribadah. 

Bunga, kini lagi musim. Bisalah menjadi obat tak kala imun tak menentu. Bisa menjadi penenang bathin saat mendengarkan penderita covid 19 semakin melonjak. 

Musim bunga, tentu bisa menjadi daya pendorong untuk saling sapa, saling berinteraksi satu sama lainnya. Karena covid 19 telah mengobrak abrik tali silaturrahmi. Interaksi sosial terbatas dan perekonomian sangat berimbas. 

Bunga. Buatlah hatimu menjadi berbunga-bunga. Buatlah pikiranmu menjadi teduh, adem, sehingga selalu berpikir kreativ dan berpikir sehat. 

Karena bunga, bukan hanya membuat pekarangan menjadi lebih cantik, akan tetapi dapat memberikan nilai sosial dan dapat mempererat hubungan antar anggota keluarga. Paling tidak, bisa menjadi solusi  interaksi sosial yang terpuruk. Semoga.(*)

TerPopuler