Meneguhkan Kedaulatan Pangan Lokal, catatan di Hari Pangan Sedunia.

BONETERKINI.COM - Setiap tanggal 16 Oktober, dunia memperingati Hari Pangan Sedunia, momen refleksi global tentang pentingnya pangan bukan sekadar sebagai komoditas ekonomi, melainkan sebagai hak dasar manusia. Tahun ini, tema yang diusung FAO "Hand in Hand for Better Foods and a Better Future" menekankan kolaborasi lintas sektor untuk membangun sistem pangan yang lebih sehat, berkelanjutan, dan inklusif.

Namun, di balik semangat global itu, muncul pertanyaan penting bagi kita di daerah: bagaimana maknanya jika diterjemahkan dalam konteks Kabupaten Bone?

Bone dan Wajah Agrarisnya

Kabupaten Bone merupakan lumbung pangan utama di Sulawesi Selatan. 48 % PDRB masih bersumber dari sektor pertanian, dengan komoditas unggulan seperti padi, jagung, dan sapi potong. Daerah ini juga dikenal memiliki potensi besar di subsektor hortikultura, perikanan budidaya, dan perkebunan rakyat.

Wilayah-wilayah seperti Cenrana, Dua Boccoe, Tellusiattinge, dan Mare menjadi tumpuan produksi padi, sementara kecamatan Amali, Libureng, dan Barebbo banyak mengembangkan jagung dan ternak sapi. Peran petani dan peternak di Bone bukan hanya menopang kebutuhan daerah, tetapi juga berkontribusi besar terhadap pasokan pangan Provinsi Sulawesi Selatan.

Tantangan di Tengah Potensi

Meski memiliki sumber daya melimpah, sistem pangan di Bone menghadapi beberapa tantangan strategis.

Ketergantungan besar terhadap pertanian tradisional membuat perekonomian mudah terguncang saat terjadi perubahan iklim, kenaikan harga pupuk, atau pergeseran musim tanam.

Selain itu, sebagian petani masih belum mendapatkan akses memadai terhadap teknologi pertanian modern, sistem irigasi berkelanjutan, serta pasar yang adil.

Isu lain yang tak kalah penting adalah Kendala transportasi dan infrastruktur jalan yang terbatas yang berpengaruh terhadap distribusi hasil pertanian dan pendapatan petani.

Langkah Nyata Pemerintah Kabupaten Bone

Dalam menghadapi tantangan tersebut, Pemerintah Kabupaten Bone telah melakukan berbagai langkah konkret dan terukur untuk memperkuat ketahanan pangan berkelanjutan. Sejumlah inisiatif strategis antara lain:

1. Peningkatan produksi dan Produktivitas komoditas unggulan seperti padi dan jagung yang diintegrasikan dengan pengolahan hasil, hingga pemasaran, serta memperkuat kelembagaan kelompok tani.

2. Program Pekarangan Pangan Bergizi (P2B) Bekerja sama dengan lembaga internasional seperti CIFOR–ICRAF melalui Project Land4Lives, pemerintah mengajak rumah tangga memanfaatkan lahan pekarangan untuk menanam sayuran, cabai, tomat, serta tanaman obat keluarga. Gerakan ini tidak hanya menambah pasokan pangan lokal, tetapi juga meningkatkan gizi keluarga dan menekan inflasi pangan rumah tangga.

3. Penerapan Gerakan Pangan Murah (GPM) Pemerintah Kabupaten Bone secara rutin menggelar GPM di berbagai kecamatan, bekerja sama dengan Bulog dan Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Selatan. Tujuannya untuk menstabilkan harga bahan pokok seperti beras, gula, dan minyak goreng, sehingga masyarakat tetap mudah mengakses pangan terjangkau.

4. Revitalisasi Irigasi dan Infrastruktur Pertanian. Sejumlah proyek irigasi dan embung pertanian dibangun untuk memastikan ketersediaan air sepanjang tahun. Program ini diperkuat dengan perbaikan jaringan irigasi tersier di wilayah sawah produktif, agar petani tidak tergantung pada hujan semata.

5. Pemberdayaan Petani Milenial dan Sekolah Lapang. mengembangkan pelatihan untuk petani muda melalui Program Yess. Peserta belajar tentang pertanian cerdas iklim, pupuk organik, manajemen usaha tani, dan pemanfaatan teknologi digital dalam pemasaran hasil pertanian.

6. Penguatan Cadangan Pangan Daerah (CPD) untuk menjamin pasokan pangan ketika terjadi krisis, bencana alam, atau kenaikan harga yang drastis.

7. Diversifikasi Pangan Lokal. Bone mendorong konsumsi pangan lokal seperti ubi, jagung, dan olahan hasil ternak. Ada juga program edukasi gizi di sekolah melalui Modul Muatan Lokal Pangan Lokal hasil kolaborasi Dinas Pendidikan dengan lembaga internasional CIFOR-ICRAF.

Langkah-langkah tersebut mencerminkan keseriusan Pemerintah Kabupaten Bone dalam menata sistem pangan dari hulu ke hilir, sekaligus menjawab tantangan global dengan pendekatan lokal yang realistis dan berkelanjutan.

Momentum untuk Transformasi

Peringatan Hari Pangan Sedunia harus menjadi pemantik kesadaran kolektif bahwa pangan bukan sekadar hasil pertanian, tetapi juga simbol kemandirian, martabat, dan masa depan.

Dalam konteks Bone, memperkuat kedaulatan pangan lokal berarti memberi ruang lebih besar bagi petani dan masyarakat desa untuk menentukan arah produksinya sendiri. Dukungan terhadap kelompok tani, koperasi, dan akses pembiayaan mikro harus terus ditingkatkan.

Pemerintah, swasta, akademisi, dan masyarakat sipil juga perlu berjalan bersama dalam membangun sistem pangan berkelanjutan. Kolaborasi lintas sektor inilah yang akan menentukan apakah Bone mampu menjaga perannya sebagai penopang pangan Sulawesi Selatan sekaligus daerah yang makmur dan mandiri.

Penutup

Bone memiliki semua modal untuk menjadi contoh daerah berdaulat pangan: lahan subur, masyarakat pekerja keras, serta komitmen pemerintah daerah yang kuat. Tantangannya kini bukan lagi soal kemampuan menghasilkan pangan, tetapi bagaimana memastikan bahwa setiap warga dapat mengakses pangan bergizi, terjangkau, dan berkelanjutan.

Hari Pangan Sedunia menjadi pengingat bagi kita semua bahwa kemandirian pangan bukan hanya tugas petani, tetapi tanggung jawab bersama antara pemerintah, pelaku usaha, akademisi, dan masyarakat.

Dengan kerja sama yang sinergis, Bone dapat melangkah lebih jauh, dari sekadar lumbung pangan menjadi daerah teladan dalam kedaulatan dan keberlanjutan pangan di Indonesia Timur.

Oleh: Ir. Andi Hendra Setiawan, S.Pt., M.Si., IPM (CEO Rumen Institute)

Komentar

Berita Terkini