3 Kepala OPD Kab Bone me-Launching Buku Tari Pajaga Welado di UNCAPI Bone

BONETERKINI.COM - Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia melalui Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XIX Sulawesi Selatan dan Tenggara menunjuk Dosen Muda Universitas Cahaya Prima yakni Muhammad Asdar dan Tim, untuk melaksanakan penelitian dengan skema penelitian Dokumentasi Karya Budaya dengan nama kegiatan Fasilitas Pemajuan Kebudayaan (FPK).

Muhammad Asdar, Feby Triady dkk., mengangkat judul “Jejak Sakral dalam Gerak Tari Pajaga Welado: Eksplorasi Simbolisme dan Warisan Budaya”. Penelitiannya dilakukan selama kurang lebih lima bulan di Kecamatan Ajangale dan merangkum hasilnya dengan menerbitkan Buku Referensi. Buku ini dibuat dalam 140 halaman dengan penulis Muhammad Asdar dan Feby Triadi.

Buku ini di-launching pada Hari Rabu (6/11) Pukul 11.00 WITA di Kampus Universitas Cahaya Prima Lt. 2. Acara dibuka langsung oleh Rektor UNCAPI Prof. A. Cahaya didampingi Dekan Fakultas Sains dan Teknologi.

Terlihat hadir pada kursi panelis Kadis Kebudayaan, Kadis Pariwisata, dan yang mewakili Kepala Balitbangda Kab. Bone. Pada deretan audiens terlihat Badan Eksekutif Mahasiswa UNCAPI, BEM Fakultas Saintek dan Soshum, seluruh Himpunan Mahasiswa Program Studi, serta beberapa kelompok muda peneliti budaya yang turut hadir sebagai peserta.

Dalam sambutannya, Rektor UNCAPI Prof. A. Cahaya menyampaikan rasa bangga kepada dosen muda yang senantiasa berkarya dan berkolaborasi, bahkan mendukung pemerintah, khususnya Pemerintah Kabupaten Bone.

“Izin Ibu Kadis Kebudayaan dan Pak Kadis Pariwisata dan Ka Balitbangda, mereka ini Dosen Muda kami yang sedikit memberi karya, dan kami ucapkan terima kasih selama ini memberi arahan dan rekomendasi kepada mereka untuk bisa berkompetisi di Tingkat Nasional terkhusus di kegiatan ini, yang disupport langsung oleh Kementerian Kebudayaan RI melalui Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XIX Sulawesi Selatan dan Tenggara,” tutur A. Cahaya dalam sambutannya.

Suasana launching buku ini terpantau sangat interaktif. Kadis Kebudayaan dan Kadis Pariwisata berulang kali melempar pertanyaan kepada penulis buku sebagai bagian dari konfirmasi atas hasil temuan penelitian. Muhammad Asdar menjawab dengan baik dan saksama atas beberapa pertanyaan dengan melampirkan data hasil penelitian, termasuk dokumentasi visual maupun audio serta proses wawancaranya.

Salah satu yang diminta penjelasannya oleh Kadis Kebudayaan adalah durasi waktu Tari Pajaga Welado yang dianggap lama untuk konteks pementasan, dan ada penamaan yang baru diketahui oleh Kadis Pariwisata untuk penamaan Arung Palakka pada gambar dalam buku.

“Untuk durasi waktu tari ini memang agak lama, dan jika dilihat dari kacamata penikmat tari memang agak membosankan, namun dari hasil temuan penelitian kami durasinya memang lebih dari 30 menit dan sangat dipertahankan originalitasnya oleh pewaris tarian ini, karena ada makna dalam setiap gerakannya, bahkan setiap nada dalam iringan musiknya. Tari ini mulai agak langka karena hanya dibolehkan untuk dilakukan oleh pewaris Tari ini saja, atau yang punya garis turunan dari penggiat Tari Pajaga Welado ini,” jawab Asdar dalam sesi tanya jawab yang bertindak sebagai pemapar buku.

Sementara itu, Feby Triadi sebagai anggota peneliti yang juga terlibat dalam penulisan buku menyampaikan pernyataan:

“Izin Bapak Ibu dan teman-teman sekalian, kami menulis buku ini adalah bagian dari luaran penelitian kami, di mana kami bertindak sebagai peneliti dan bukan budayawan. Karena ada sedikit irisan Budayawan dan Peneliti Budaya, yakni Budayawan akan menerjemahkan definisi dan Peneliti Budaya menangkap dari hasil terjemahannya. Semoga buku ini bisa menjadi manfaat untuk kita semua dan bagian dari menjaga salah satu warisan budaya tak benda kita yang diakui oleh negara sejak Tahun 2023 yakni Tari Pajaga Welado,” tutup Feby Triadi, Peneliti Budaya, alumni Antropologi UGM yang juga aktif sebagai Kepala Lembaga Inovasi dan Kekaryaan Universitas Cahaya Prima.

Komentar

Berita Terkini